Monday, May 14, 2012

[travelling] Tiga Hari Mengejar Lampion...

Lima bulan berlalu, setelah perjalanan saya ke Gunung Kidul, Jogjakarta. Pada bulan Mei ini, Saya kembali lagi ke Jogjakarta. Jogjakarta memang membuat saya selalu ingin kembali... Kali ini teman perjalanan yang berhasil saya jebak untuk 3 hari 2 malam bersama Icha adalah:
Septiani, perempuan ajaib yang kemarin sempat menemani saya ke Phuket, Thailand. Perempuan yang tidak pernah ribet dengan segala pernak pernik, dan keluh kesah kalau saya siksa-siksa di trip murahan saya. :P


Lalu ada si makhluk Jengkelin, Mario Bross yang kemarin juga sempat jadi partner saya di USS Singapura. Udah tau jengkelin tapi masih aja saya ajak, saya gak punyaaaa pilihan laiiiiinnn.... *gaya iklan axis*. Hahaha bercanda, biarpun jengkelin, be honest dia partner yang asyik kok buat jadi temen jalan. Paling suka ilang-ilangan dikit kalau dia ketemu objek foto bagus, nah kalau kayak gitu mata saya yang harus awas nyariinnya. 


Peserta ke tiga adalah si Bang Ade Unay *ini nama asli bukan siiih* e__e". Si Bang Unay ini, korban hasil bujuk rayu Mario. Orangnya kalem, santun kalau di darat aja. Jangan sekali-kali bawa dia di sungai, kelakuan aslinya langsung muncul Y__Y;" persis bajing loncat bisa-bisanya dia loncat-loncat dari ujung ke ujung di perahu karet. *speechles*
dan perjalanan pun dimulai....

Sabtu, 5 mei 2012.
Pukul 7.50 WIB, kita bertolak dari Jakarta menuju Jogjakarta menggunakan kereta api Gajah Wong.  Cuaca cerah menaungin perjalanan kita hari itu. Tidak banyak halangan merintang, semua lancar. Sepanjang perjalanan yang memakan waktu hampir 8 jam itu, kita bertemu dengan seorang ibu yang "epic" banget kelakuannya. Pukul 16.00 WIB sampailah kita di Stasiun Tugu, Jogjakarta dengan guyuran hujan deras. 
Dari stasiun Tugu menuju pondok penginapan yang sangat tidak recomended, selain karena pemiliknya tak ramah juga karena lokasinya yang ternyata jauh dari mana-mana. Untungnya kita book penginapan tersebut hanya untuk satu malam. Pukul 19.00 WIB, saya, bang Unay dan Septiani beranjak dari Penginapan menuju Malioboro, jalan-jalan malam. Jadwal malam itu, Mario tidak bisa hadir karena sakit, dan memilih untuk stay di penginapan. Get well soon men :)


Minggu, 6 Mei 2012.
Pukul 3.00 WIB alarm handphone saya berbunyi nyaring, membangunkan saya yang baru tidur 2 jam. Hari ini kita berniat mengejar sunrise di Puthug Setumbu, sebuah bukit setinggi kurang lebih 150mdpl yang berada kurang lebih 4 KM dari Borobudur. Untuk masuk ke lokasi ini sebenarnya gratis, beberapa hotel dekat kawasan Puthug memang menyediakan paket sunrise, tapi karena harganya tergolong mahal dan kami wisatawan murahan, kita ambil sepaket dengan mobilnya yang artinya gratis ( si owner mobil ini pegawai salah satu hotel dekat borobudur yang menjual paket tersebut, beliau juga yang nantinya memudahkan kita untuk akses masuk ke acara waisya malam2 gratis) hohoho. Tapi meskipun gratis, ada pungutan seikhlasnya oleh warga kampung sekitar situ dengan alasan untuk pembangunan jalan. Bukan seikhlasnya juga sih, karena per orang kita ditarik 10000IDR, semoga pungutan liar itu memang benar-benar untuk pembangunan kawasan Puthug amiiin. Pagi itu, cuaca sedikit berkabut di Jogjakarta, kami tidak bisa melihat sunrise yang konon tersohor itu. Terlebih juga karena banyaknya photo hunter yang punya tujuan sama dengan kami. Membuat Puthug Setumbu menjadi kurang nyaman untuk dinikmati. Pukul 6.00 WIB kami bergegas kembali ke Jogjakarta untuk melanjutkan rencana itinerary yang sudah dibuat.
bersama abang becak, eh bang Unay denk :P


sunrise tak dapat kita main di sawah aja :P


Destinasi kita selanjutnya adalah Prambanan, dan di Prambanan kita cuma sampai di tempat parkir, "ngadem" sejenak ke tourist information lalu puter balik ke Ullen Sentalu hwuahahaha. Cuaca panas dan pengunjung yang ramai membuat kita urung untuk masuk :P Selama perjalanan ke Prambanan, kita banyak melihat lalu lalang mobil dengan boat di atasnya. Lalu, Mario yang sudah "sehat", tiba-tiba mendapat ilham untuk rafting. Meh! ide yang kemudian bikin saya ketagihan untuk melakukan dan melakukan lagi :P 

Tanpa banyak diskusi, atau debat terjadi perubahan itin yang cukup dratis. Skip beberapa object dan langsung memutuskan ke Ullen Sentalu untuk mengejar rafting jam 14.00 WIB. Yup! begitulah awalnya kenapa rencana waisya romantis berubah jadi basah-basahan di boat. Salahkan M A R I O... Y_Y

Pukul 11.00 WIB, kami tiba di Ullen Sentalu, saya tertakjub-takjub dengan budaya Jawa dan ajaran-ajaran-nya. Lah, kemana aja Chaaa...Biarpun saya orang Jawa tetapi sepertinya orang tua saya bukan penganut adat Jawa yang taat. Akibatnya anaknya bukan tipe-tipe gadis Jawa yang lemah lembut. *Sigh*
Ullen Sentalu, (Septiani, Me, Mario, Bang Unay. Ki-Ka)
4 tiket ke Ullen Sentalu



Untuk tiket masuk ke Ullen Sentalu kita cukup mengeluarkan uang sebesar 25000IDR/orang, dan akan dipandu oleh seorang tour guide yang fasih bercerita tentang budaya Jawa *takjub*.  

Tak bisa berlama-lama di Ullen Sentalu, seperti yang saya bilang sebelumnya, kami haarus  mengejar rafting Pukul 14.00 WIB. Tepat pukul setengah dua siang kami tiba di perkampungan Jawa untuk melakukan rafting Jogja Adventure di Sungai Ello, trataaaaa... hahahhaha.... Jujur saya hampir mundur sewaktu mendapat pengarahan dan melihat muka jahil bang Unay juga Mario. Mereka seperti memiliki banyak ide jahil buat bikin saya ngomel-ngomel, daaan kecurigaan saya beralasan. Y_Y
Muka saya tegang setengah mampus melewati jeram demi jeram, ditambah guyuran hujan deras. Biarpun sudah pakai pelampung, tapi tetap saja kemungkinan saya bisa jatuh di air yang deras tanpa keahlian berenang membuat saya pias. Terlebih rafting saat itu 12 KM sungai Ello ditempuh dalam 2 jam yang buat saya rasanya seabad. *pingsan*

Btw busway, saya kira bukan cuma saya yang punya ketakutan buat jatuh. Mario dan Bang Unay juga, kalau Septi sih sudah pasti sama takutnya dengan saya, terdengar jelas dari teriakan-teriakannya. Kalau duo pria ini, pertama Mario, jemari tangan saya sampai mau remuk rasanya, bleh! belagu sih, sok-sok-an lawan keseimbangan, ternyata dia kan yang lebih kencang pegangan ke saya daripada saya ke dia. Bang Unay? Biarpun bergaya bajing loncat di perahu, ternyata sewaktu dayungnya tersangkut ke batang pohon, panik juga dan lucunya satu pun dari kita tidak ada yang perduli dengan teriakan paniknya :P

Oh iya, untuk rafting sejauh itu kami cuma mengeluarkan uang 162500IDR/orang sudah include dengan makan malam enak, guide di perahu, sertifikat, pelampung, boat, dan antar jemput dari meeting point ke meeting point. Muraaaaahhh...
Berkat kelakuan kwartet kita selama di boat, kita disangka masih abg, belum tahu aja kalau usia kita sudah lewat seperempat abad semua :P

Sesuai perhitungan waktu, pukul 19.00 WIB. Tibalah pada puncak acara yang jadi tujuan utama dari trip gajebo ini. Yup! benar sekali "Waisya di Borobudur" Melihat bagaimana seremonial menjadi begitu komersil Y_Y, melihat bagaimana manusia menjadi begitu egois dan hanya peduli pada duniawi. Loh? kok begitu? Ini bukan tentang para penganut Budha, ini tentang pengunjung waisya di Borobudur yang telah melewati batasnya sebagai pengunjung. Dan saya trenyuh... saya bukan penganut Budha, saya muslim, tapi melihat bagaimana mereka melakukan ibadah hari rayanya dibawah bidikan kamera-kamera yang tak sopan, melakukan sujud penghormatan di belakang orang-orang yang cekikikan. Y_Y
Semoga tahun depan, para panitia lebih mengatur acara ini sehingga, ibadah waisya tetap terjaga kekhusyukannya. Terlepas semua kejadian-kejadian itu, tentunya lampiooooon...

Beautiful Lantern that I will never forget it ;)


I called it three wishes, credit to Mario


Borobudur on the night, credit to Mario


That was not Stars, that was lanterns, for every single wishes that fly to the sky :), Credit to Mario
Perjalanan mengejar lampion ini, diawali dari awal desember sewaktu saya dan Mario ke USS, clue-nya cuma satu "Learning of Life" dari Arisan The Movie. Curious dengan statement Mario, sekembali ke Indonesia saya membajak Septiani untuk menemani saya nonton Arisan... *FYI saya jaraaaang banget nonton film Indonesia kecuali tiketnya dibeliin* dan di film itulah saya melihat Lampion untuk pertama kalinya. Lampion yang membuat saya kemudian mati-matian ingin mewujudkan melihat secara langsung. Resiko cuti ditolak, SP, dipecat seperti cuma angin lalu buat saya. Kerjaan saya belum jua selesai sehari sebelum keberangkatan dan saya bersikap optimis kalau meeting dadakan jam 8 pagi di hari Selasa, tepat jadwal saya kembali ke Jakarta akan baik-baik saja. Allah masih sayang dengan saya, meeting saya lancar. Kerjaan saya selesai tepat waktu. :)
Pukul 21.00 WIB pelepasan lampion dilaksanakan, saya? speechless....... Keramaian yang melingkupi Borobudur malam itu serasa mendadak hening, cuma ada saya dan lampion-lampion itu. Begitu terpesonanya saya, sampai-sampai sewaktu Bang Unay memanggil saya untuk turut serta memegang lampion sebelum diterbangkan saya acuhkan.. :P Saya gak dapet foto memegang Lampion seperti septi, Mario dan Bang Unay. Tapi saya tahu cuma saya yang membawa lampion,temaramnya dan harapannya pulang ke rumah. 

Malam itu saya tahu, saya turut melepaskan harapan saya terbang tinggi ke langit kelam...
Saya bahagia.....

Acara waisya diakhiri pukul 22.30 WIB, dan kami pun kembali ke Jogjakarta.

Senin, 7 mei 2012.

Hehehe... hari senin tanpa macet, tanpa kerjaan, terbangun bersama teman-teman yang kita sukai. Ah! nikmat macam mana lagi yang kamu dustakan :P Last day in Jogjakarta, kita berpusing-pusing ria ke Malboro, Taman sari, dan makan, makan, makan... kembali ke Jakarta pukul 18.50 WIB, dengan kereta api seharga 37000IDR :P
Monday Evening in corner of Jogjakarta




Taman Sari, yang konon katanya angker :P




What a lovely trip...
Aaaaaahhhh... bahkan kemudian sampai hari ini saya masih suka tersenyum-senyum sendiri.. Makin gak sabar buat rafting dan trip selanjutnya :P

xoxo,
-icha-

2 comments: