Sunday, July 04, 2010

mencoba bicara agnostic..

Apa yang saya tulis ini, 100 persen hanya sebuah opini pribadi. Buah hasil dari percakapan-percakapan bodoh kita yang selalu saja berubah menjadi topic serius, atau menjurus ke hal intim *haish* (eyeroll). Segala pembicaraan yang mengerucut menjadi kata sepakat kecuali satu hal :

“Ngilu dan nikmat itu beda jauh Tuan, bagaimana bisa itu Tuan anggap sama”. (LOL)

Back to the topic, Saya akui beberapa dari dirimu menyentuh saya, sehingga membuat saya kemudian mencari tahu tentang satu kata yang sebelumnya tak pernah familiar ditelinga saya.
“Agnostic”, katamu waktu itu. Jujur sebelumnya saya tak pernah perduli apa itu agnostic, siapa pencetusnya, kenapa orang menjadi agnostic dan lain sebagainya. Untuk yang belum tahu sama sekali, agnostic menurut pencarian dari om Google adalah bentuk lain dari atheis, tidak ber-Tuhan. Tapi menurut saya bukan itu pengertiannya. Agnostic bukan tidak percaya pada Tuhan, dia hanya melihat Tuhan dari kacamata yang sedikit berbeda dari orang pada umumnya. Agnostic menurut saya lebih seperti melihat Tuhan dengan logika. Sayangnya tak semua tentang Tuhan bisa dijabarkan secara logika.
Pertanyaan- pertanyaan seperti kenapa kita dilahirkan, kenapa ada perbedaan, kenapa ada kaya dan miskin dan segala pertanyaan yang tak pernah memberimu jawaban kepuasan. Membuat saya kemudian terusik untuk ikut-ikutan mencari tahu.

Pertanyaan pertama :
“Kenapa kita dilahirkan?"

Tadinya saya pengen jawab, “Agar kita bisa bertemu Tuan”. Hehe.. Tapi saya takut jawaban itu akan menjadi sebuah ‘flirting’ gak penting yang akan merubah esensi pembicaraan kita. *ngeles padahal aslinya pengen banget jawab itu, paling gk jawaban itu pasti sukses bikin garis lengkung di wajahmu* :P

Dan saya suka banget membuat orang lain tersenyum :)

Kenapa kita dilahirkan? Seandainya ada pilihan dilahirkan atau tidak, saya akan sama seperti kebanyakan orang, memilih tidak. Setidaknya dengan tidak dilahirkan saya tak perlu berpikir apa-apa, tak perlu pusing mikir sekolah pada jamannya, mikir kerja pada jamannya, mikir jodoh yang sepertinya makin menjauh juga *curcol* :P . Intinya selamat tinggal segala kepusingan hidup. Tapi apa sesederhana itu, apa dengan menjadi sesuatu yang tak pernah tercipta lalu semuanya menjadi baik-baik saja.
Tuan, Kita dilahirkan selalu punya tujuan, selalu memberi pengaruh, entah langsung atau tidak langsung. Meniadakan satu yang seharusnya tercipta akan merubah keseluruhan scenario hidup. Tegakah Tuan, merupa segala kesinkronan yang muncul karena Tuan diciptakan, dengan pilihan egois seandainya kita bisa memilih “tidak dilahirkan”? Ah Tuan tidak seegois itu, saya yakin :)

Al Baqoroh ayat 30, kemarin saya jawab pertanyaanmu dengan ayat ini. Sebuah dialog Tuhan dengan Malaikat ketika Tuhan menciptakan manusia. Saya pastikan lagi dengan membuka Al Quran terjemahan dan coba saya ketik ulang, dialog yang menarik itu :)

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat : “ Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi ini.” Mereka berkata : “ Engkau hendak menciptakan khalifah, orang yang hanya akan membuat kerusakan dan menumpahkan darah dimuka bumi, sedang kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman : “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”

Jawaban Tuhan untuk beberapa orang mungkin terdengar arogan dan tak menjawab, “Hey God, saya tahu Engkau Maha Tahu, tapi saya butuh alasan atau jawaban”. Begitulah kira-kira jerit hati orang2 yang ingin tahu. Bahasa kitab suci terlebih Al Quran selalu hanya tersirat, itulah kemudian tugas kita sebagai umat-Nya mencari lebih jauh arti di dalamnya.
Jadi kenapa kita dilahirkan? Mari kita anggap itu hak prerogative Tuhan, presiden aja punya kan. Kenapa Tuhan enggak.
Jawaban Tuhan yang serupa di Al Baqoroh itu juga bisa ditemukan di surat An Nahl, untuk pertanyaan-pertanyaan seputar penciptaan-Nya. “Sesungguhnya hanya Aku yang mengetahui rahasia bumi dan Langit”. Tak pernah menjawab, tapi disitulah kita diminta untuk terus berpikir dan bertanya, mencari tahu untuk kemudian makin beriman terhadap-Nya. Percaya atau tidak, pertanyaan masa kecil saya “kenapa nyamuk diciptakan sedang dia cuma bisa bawa penyakit dan gatal” akhirnya terjawab ketika saya duduk di bangku SMP. Jawabannya sederhana, anggap karena keegoisan saya nyamuk tak jadi diciptakan, pasti si cecak akan menangis. Salah satu bahan makanannya berkurang karena satu manusia egois diberi kekeluasaan memilih mana yg boleh diciptakan dan tidak diciptakan.. hehe..saya belum nemu alasannya lagi sih..tapi sementara itu cukup membuat saya yakin pasti ada alasannya.

Kedua : Kenapa ada perbedaan
Diluar perbedaan secara visual dan fisik, kita sedang tidak membahas tentang saya perempuan dan kamu laki-laki kan yah :D . Gawat aja kalau minta pembuktian, okelah kamu sudah teramat siap apabila muncul edisi “kamu versi junior”. Nah saya? Biarpun kepengen juga tapi kan…….kan…. *spikles*

Kalau bicara soal agama, saya gak ngerasa ada perbedaan, agama itu berasal dari sumber yang sama kok. Selalu tentang Tuhan Yang Esa. Hanya kemudian manusia dan isi kepala yang berbeda-beda saja membuatnya menjadi terlihat berbeda. Awalnya saya bilang buat saya yang berbeda tetap akan berbeda. Bukan tentang doktrin apa yang pernah saya dapat, bukan juga tentang kefanatikkan saya pada satu agama atau kepercayaan. Saya bicara tentang bagaimana agama dari suatu sumber yang sama kemudian menjadi sebuah perbedaan yang kalau kita lihat secara kasat mata terlihat sangat berbeda. Perbedaan disini lebih ke mediatornya, bagaimana antara satu dengan yang lainnya menyampaikan pesan terhadap Tuhan. Bisa dibilang agama sebenarnya bentuk komunikasi Tuhan dengan Manusia, bentuk pesan yang kemurniannya menjadi sebuah pertanyaan karena panjangnya perjalanan pesan itu. Disitulah kemudian saya mencoba mencari pesan paling murni, bukan paling benar. Pesan yang belum terkontaminasi dengan kerangka berpikir pembawa pesannya. Bagaimana mencarinya?? Well! Jujur saya kemudian mencarinya lagi justru setelah berbincang-bincang denganmu….

Saya menjadi merasa, selama ini saya hanya beritual, bukan berkomunikasi dengan Tuhan. Saya sujud, rukuk, hanya karena itu diperintahkan, bukan karena saya membutuhkannya. Ternyata saya tak begitu mencintai Tuhan saya. Y_Y
Agnostic, apapun alasanmu memilih jalan itu…entah kenapa justru membuat saya makin dekat dengan Tuhan saya. Membuat saya belajar lebih untuk mencintai-Nya, sebagaimana Dia menghujani saya dengan cinta-Nya.
Saya pun untuk pertama kalinya bersyukur bekerja dengan warisan pekerjaan darimu yang buat saya setengah mati gila. Tanpa pekerjaan itu saya takkan pernah tahu kamu, dan saya tidak akan lagi belajar untuk lebih mencintai-Nya. Dan yang lebih membahagiakan, empty side yang buat saya merana itu mulai memudar dan terisi dengan hal yang lebih berguna, tentang hati? Saya akan melakukan seperti pesanmu “Biarkan mengalir dan jangan pernah dilawan, karena perlawanan yang saya lakukan hanya akan menyisakan lelah”. Simple advice yang sempat saya tolak abis-abisan, jiwa pemberontak saya belum hilang tuan :D
Thanks for sharing..
Hope you will find what you are looking for..soon…..
Good Luck *sending milion smiles to your email now*

Btw...
Ini postingan paling sok tau yang pernah saya post,mohon dimaafkan heheh